Senin, 13 Januari 2014

ILMU SOSIAL DASAR 4

KONFLIK BATIN DALAM DIRI SENDIRI !


Konflik Batin dalam diri sendiri , pada saat saya SMP saya pernah mengalami dimana saya terasa dalam tekanan didalam batin saya, saya merasa ingin pergi saja dari rumah dan konflik batin itu terjadi karena saya merasa terkekang oleh larangan-larangan dari keluarga saya.
 Pada saat itu saya merasa terkekang karna saya waktu itu merasa main untuk sekedar keluar saja ke rumah teman itu tidak boleh, padahal kan saya waktu itu masih anak-anak kan anak - anak butuh waktu untuk sekedar bermain. maka dari itu saya pun kalau main pun selalu mencoba kabur diam diam tanpa sepengetahuan keluarga, dan yang pada akhirnya nanti pun saya kena marah oleh ibu saya, dari cara saya mencukur gaya rambut saya pun saya itu waktu itu diatur, padahal kan umur saya itu waktu itu sudah 14 tahunlah bukan anak SD lagi. dan saya pun mulai jenuh pada akhirnya saya bicara ke keluarga saya, untuk tidak terlalu banyak melarang saya pergi kemana-mana tapi saya bicara dengan sangat pelan-pelan karna waktu itu saya takut dimarahi. dan semenjak itu saya mulai di kasih kelonggaran untuk bermain, itupun mungkin karna saya sudah kelas 3 SMP keluarga saya sudah sadar kalau saya bukan anak SD lagi.
   dan kesimpulannya adalah mungkin saya pernah mengalami yang namanya konflik batin terhadap orang tua atau keluarga atas kekangan, tapi pada saat saya mulai semakin dewasa saya sadar bahwa keluarga itu sebenarnya tidak salah dalam melakukan hal itu, karna itupun untuk kebaikan diri kita sendiri kedepannya. dan sekrang pun saya sudah di bebaskan untuk melakukan apapun yang saya sukai tanpa ada larangan dari keluarga asalkan itu semua positif.

ILMU SOSIAL DASAR 3

PELAPISAN SOSIAL DI LINGKUNGAN RT KITA?

        Nama saya Aldi Putra Satya untuk masalah diatas, saya sendiri tinggal di bekasi lebih tepatnya ber alamat kecamatan Rawalumbu dan Kelurahan Pengasinan di RT 07/ Rw 02 untuk pelapisan sosial di daerah saya itu bisa di bilang kawasan sosial mengah untuk masyarakatnya.
       Warga di sekitar Pengasinan kususnya Rt 07/Rw 02 memiliki profesi dan pekerjaan yang berbeda - beda mulai dari PNS, Guru, Usaha warung , Buruh dll tetapi di daerah saya juga ada profei seperti kulih bangunan tapi menurut saya pekerjaan itu masih sedikit mengah lah. kalau dari segi keakraban sosial dengan warga, daerah saya termasuk memiliki warga - warga yang sangat ramah dan baik. dan pergaulan anak muda didaerah RT saya pun tidak ada pergaulan yang menjerumus ke hal hal yang negatif.
     Jadi kesimpulan nya itulah stratifikasi sosial dari lingkungan RT 07/ Rw 02 di mana daerah itu adalah daerah tempat saya tinggal, daerah yang bisa di bilang memiliki ekomi rata-rata menengah atau sama rata dan pergaulannya aman dan tentram.


ILMU SOSIAL DASAR 2

Pengaruh Pola Asuh

Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Anak

Dewasa ini sering kita saksikan tindakan kriminal atau perilaku-perilaku menyimpang baik itu di siaran televisi, Koran, radio, mediamassa dan lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan bermotif dendam atau kecemburuan. Padahal anak itu masih dalam tahap perkembangan menjadi pubertas atau katakan saja masih bayi, bayi yang baru lahir ke dunia ini belum mengenal apapun, ia masih bersih dan murni dan belum terpengaruh sedikitpun oleh suatu hal. Bagaimana perkembangan bayi selanjutnya agar menjadi anak yang baik?
Dalam hal ini orang tualah yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dan yang lebih penting lagi adalah cara bagaimana orang tua mendidik anaknya. Apakah pola yang mereka gunakan itu tepat? Masalah ini harus benar-benar diperhatikan oleh orang tua, karena penerapan pola asuh terhadap anak sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi anak. Dari berbagai latar belakang di atas kelompok kami mengangkat judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak”.


1.   Pola Asuh Anak

Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminology, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative atau positif.


2.   Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak

a.   Pengaruh Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain.

b.    Pengaruh Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.

  c.   Pengaruh Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosisal dan kuranag percaya diri.

d.    Pengaruh Pola Asuh Penelantar

Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang rendah, sermg bermasalah dengan teman-temannya.

3.   Faktor Utama yang Mempengaruhi Pola Asuh

a)    Budaya

Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka  berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.

b)    Pendidikan Orang Tua 

Orang tua yang memiliki  pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.

c)    Status Sosial Ekonomi

Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif dalam  mengasuh anak (Hurlock, E,B 2002).

4.   Pendekatan Orang Tua yang Berpotensi Mengganggu Kepribadian Anak

Berikut adalah dua sisi pendekatan atau cara mengasuh orang tua yang mempunyai potensi mengganggu kepribadian anak, yaitu :

a)                    Pendekatan orang tua yang negatif

Ada orang tua yang menyikapi anak-anaknya dengan cara yang negative, bahkan ada yang sampai menjadikan anak-anak mereka objek kekerasan atau pelampiasan amarah.

b)                   Orang tua yang terlalu baik

Selain orang tua yang bersikap negatif pada anak-anaknya, ada juga yang justru bersikap terlalu positif. Mereka sangat sayang terhadap anak-anaknya, tetapi mereka tidak tahu cara mendidiknya, sehingga akhirnya sang anak jadi manja, mereka ini cenderung akan bersikap arogan, malas dan merasa tidak perlu bekerja keras dalam hidup serta kurang memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ia perbuat.
Jadi pendekatan orang tua yang negative akan membawa dampak buruk pada perekembangan kepribadian anak-anaknya.


6.   Syarat Pola Asuh Efektif

Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang.
Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :


a)                    Pola Asuh harus dinamis

Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh,  penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan bahasa yang mudah dimengerti.

b)                   Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak

Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak  yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.


c)    Ayah ibu mesti kompak

Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak.

c)                    Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua

Penerapan pola asuh juga  membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.


d)                   Komunikasi efektif

Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak.  Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah. 




e)                    Disiplin

Penerapan disiplin juga  menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal  harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.

f)                    Orang tua konsisten

Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua  juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan perbuatan (Theresia S. Indira, 2008).

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah terurai diatas dapat saya tarik kesimpulan, bahwa pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan bagaimana bentuk pribadi anak dimasa depan, oleh sebab itu orang tua harus benar-benar mawas diri dan bersungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan serta norma-norma yang baik kepada anak melalui pola asuh yang baik dan benar.

Dari berbagai macam pola asuh yang tersebut diatas, dapat kami simpulkan bahwa pola asuh yang paling baik adalah pola asuh demokratis karena dapat menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain.




















ILMU SOSIAL DASAR 1


MASALAH SOSIAL DI SEKITAR LINGKUNGAN
Hampir setiap hari kita berhadapan dengan masalah- masalah. Ada masalah pribadi dan ada juga masalah sosial. Contoh masalah pribadi adalah lupa mengerjakan tugas, dimarahi orang tua, mendapat nilai jelek, dan di jauhi teman- teman.

 Masalah pribadi dapat di selesaikan dengan orang-orang yang bersangkutan.
Akibat masalah dirasakan oleh semua warga masyarakat. Masalah sosial tidak dapat diselesaikan atau dipecahkan seorang diri. Masalah sosial hanya dapat diselesaikan secara bersama-sama.

Ada banyak sekali masalah sosial di lingkungan sekitar kita. Contoh dari masalah sosial adalah masalah kependudukan, keamanan, sampah, kebakaran pencemaran lingkungan, rusak atau burukya fasilitas umum, perilaku tidak disiplin, pemborosan energi dan lain- lain.

Masalah kependudukan yang di alami negara kita antara lain pnyebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang besar, tingginya pertumbuhan penduduk dan kualitas penduduk yang rendah. Sebagai warga masyarakat kita wajb terlibat dalam menyelesaikan masalah sosial.

Dan masalah yang saya suka lihat adalah Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.

Hati meradang, kaki menendang, tinju melayang, batu-batu terbang, setan tertawa senang …hahaaa itu lah dia perkelahian.. :)

 Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar.

 Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.

 Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.



 Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah atau di kampus.
 
 Keempat, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa/mahasiswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
Cara Mencegah Tawuran :
Pendidikan dari Keluarga Sejak Dini
Keluarga merupakan lingkup lingkungan yang paling kecil. Hal-hal mendasar dari sikap baik atau buruknya seseorang berawal dari didikan lingkup keluarga. Oleh karena itu, pendidikan yang baik dari keluarga tentang kedisiplinan, tenggang rasa, dan saling menghormati sangat diperlukan. Terlebih dengan penanaman nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah sejak kecil sudah terbiasa akan didikan yang baik dan benar, maka insya Allah ketika dewasa seorang anak tidak akan bertindak yang melanggar norma agama maupun norma kehidupan.
Tanamkan Pendidikan Agama dan Perilaku dari Sekolah
Setelah keluarga berperan mendidik dengan benar, maka lingkungan selanjutnya yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah atau perguruan tinggi. Anak usia sekolah biasanya suka bereksperimen dalam bergaul, sehingga jika tidak didukung oleh didikan dari sekolah yang benar bisa saja terjadi eksperimen yang berbahaya dan membahayakan. Tawuran misalnya. Bergaul dan berkumpul dengan sesama remaja sekolah di pinggir jalan (biasanya dilakukan setelah pulang sekolah) bisa menyebabkan saling ejek antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain yang berujung pada tawuran antar sekolah.
Hal ini sangat biasa terjadi dalam lingkungan sekolah yang kurang menanamkan pendidikan agama dan pendidikan perilaku. Sebagian sekolah kurang memperhatikannya karena tuntutan kurikulum sekolah yang mengacu pada nilai akademik. Perubahan kurikulum sekolah dari Kemendiknas untuk memperbanyak pendidikan attitude sangat diperlukan, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Pihak sekolah juga seharusnya berinovasi semaksimal mungkin agar penanaman akhlak kepada siswanya bisa diterima dengan baik.

Memilih Teman Bergaul dalam Masyarakat
Lingkungan masyarakat ini yang paling luas cakupannya. Terkait dengan pergaulan seseorang. Tidak ada yang bisa memfilter pergaulan seseorang ketika sudah mengenal masyarakat luas. Istilahnya masyarakat itu merupakan alam bebas. Tak ada lagi istilah dituntun berjalan. Hanya pribadi masing-masing orang yang bisa mencegahnya. Hati-hati memilih kawan bergaul, harus selektif. Penanaman pendidikan perilaku mendasar sudah diberikan oleh keluarga dan sekolah. Memang antar semuanya saling terkait. Kita sebagai komponen masyarakat hendaknya selalu berusaha menasihati dan mengingatkan akan bahaya risiko akibat dari tawuran.
Jangan sekali-kali beranggapan bahwa tawuran itu hal yang biasa, sudah tak perlu lagi diwaspadai. Tawuran merupakan bahaya turunan, jika anak-anak kita sudah berani bertindak kekerasan secara jamaah maka bukan mustahil cucu kita nanti juga akan menuruni sifat orangtuanya.
Intinya, pendidikan agama dan attitude harus dilakukan kapanpun dan dimanapun oleh semua komponen luas baik itu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat itu sendiri untuk mencegah terjadinya mencegah tawuran. Termasuk tanggungjawab kita, orang-orang yang masih berpikir logis bahwa tawuran itu hal yang tidak baik, berbahaya, dan merusak banyak fasilitas.